GRII Pusat (HUT -29), 16 September 2018 | Pdt. Dr. Stephen Tong
Paulus mengatakan, "Lupakanlah yang di belakang, dan usahakan yang di depan".
Ada 2 bahaya dari melihat ke belakang:
Kita melihat seluruh kemuliaan dan pekerjaan Tuhan yang terjadi di dunia memakai kita sebagai alat bagi pekerjaan itu. Kita menjadi sombong. Kita berpikir “Saya bisa berbuat sesuatu yang berdampak pada dunia ini” When we look back, Kita merasa kontribusi kitalah yang membuat segalanya berhasil. Kita gagal melihat bahwa topangan tangan Tuhanlah yang membuat segalanya mungkin terjadi.
Kita melihat kebahagiaan, kelemahan, dan hidup kita yang rusak karena kita menyerahkan diri pada iblis untuk bekerja melalui kita. Kita pun menjadi ketakutan dan minder. Tidak ada lagi kekuatan dan gairah untuk mengikut Tuhan. Karena itu Paulus berkata lupakan yang lama. Lihat dan usahakan yang di depan.
Dahulu ketika Yosua sudah lanjut umur, ia masih menjadi pemimpin bangsa israel. Tubuhnya Sudah lemah dan semangatnya berkurang.
Tuhan berkata pada Yosua: “Umurmu sudah lanjut, tetapi tanah yang belum kau kuasai masih begitu banyak. Beranikah engkau untuk berjumpa denganKu?”
Dan Yosua gemetar ketakutan dan merasa bersalah karena telah gagal melihat hidupnya sebagai alat untuk Tuhan. Bukan hidup milik dirinya sendiri, Ia tidak boleh memotong pekerjaan Tuhan yang belum selesai dalam hidupNya.
Saat ini memikirkan hal yang Tuhan utus yang belum kita usahakan, masih terlalu banyak.
Terlalu banyak kemalasan, terlalu banyak mengasihi diri, oleh karena itulah Hanya begitu sedikit yang sudah kita kerjakan.
Untuk apakah kita menjadi orang Kristen di dunia ini kalau kita tidak mengerjakan yang Kristus utus kita untuk kerjakan?
Untuk hidup? Berkeluarga? Mencari untung? Mencari ilmu? Itu semua alasan” yang egois untuk diri sendiri.
Berapa banyak dari hidup kita yang kita lakukan untuk Tuhan? Berapa banyak yang kita lakukan karena kasih untuk orang lain?
Bila kita lupakan yang di belakang dan giat berusaha untuk yang di depan, kita menyadari betapa banyak kita bisa meninggikan Tuhan, betapa banyak kesempatan untuk mengusahakan kehendak Tuhan bagi hidup kita, dan betapa indah dan how great of a contentment that opportunity is. Tapi kita malah berpikir bahwa ini adalah hal biasa, kita sia-siakan kesempatan ini.
Sehingga kita tidak sadar, bahwa suatu hari, bila Tuhan Sudah menghentikan anugerah kesempatan ini, Satu hari pun kita tidak akan bisa melayani Tuhan lagi. Satu uang pun kita tidak bisa dapatkan.
Sampai kapankah kita akan terus mencuri kepunyaan Tuhan?
Sampai kapankah kita akan terus memilih sampah over kehendak Tuhan yang indah?
Sampai kapankah kita tidak bisa percaya pada janji Tuhan?
Bahwa “Bawalah persembahanmu ke dalam rumah Ku, maka engkau akan melihat betapa limpahnya aku menuangkan anugerahKu padaMu”
Ujilah Janji Tuhan. Setiap hari memikirkan Tuhan, setiap hati mengusahakan pekerjaan Tuhan, dan setiap hari mencari kerajaan Tuhan. Lihatlah betapa kita dibukakan pada sukacita yang besar, Berkat Tuhan yang melimpah bagi kita, sebagai umat Nya yang sesungguhnya.
Comments