GII Puri (Keb Doa), 3 October 2018 | Pdt. Budiyanto Sentosa
Perjamuan kudus adalah sakramen yang secara langsung diperintahkan oleh Tuhan untuk kita lakukan.
Oleh karena itu kita perlu menguji diri,
bagaimana hidup kita, bagaimana relasi kita, apakah masih ada yang terikat oleh dosa?
Firman Tuhan mengatakan supaya kita ‘menguji’ diri kita sendiri. Menguji adalah melihat, memeriksa, meneliti, untuk membuktikan bahwa sesuatu itu asli.
Apakah hidup kita sebagai orang Kristen sudah bersih dari kepalsuan dan kebohongan?
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, … sehingga kamu dapat membedakan mana yang baik, yang berkenan pada Allah, dan yang sempurna”
Seringkali kita tidak bisa membedakan manakah kehendak Tuhan? Manakah yang sebenarnya bagian dari kehendak kita?
Ketika kita mengambil keputusan di hidup kita, perlu kita memastikan ‘apakah ini sesuai dengan kehendak Tuhan?’ Untuk mengetahui kehendak Allah, kita perlu mengenalNya secara pribadi.
Kita perlu mengerti dan memahami kehendak Tuhan, karena kalau tidak, kita akan kehilangan arah dan tujuan. Dan kita akan hidup dalam kehampaan.
Tuhan inilah aku, apa adanya, bawalah aku ke Arah yang benar.
Marilah kita menguji hidup kita di hadapan Allah.
Apakah kita sebagai surat Kristus yang dibaca orang lain, kita menjadi alat kemuliaan Tuhan? Ataukah malah kita menghina Tuhan?
Marilah kita mengakui keberdosaan kita menyadari betapa hina dan tidak layaknya kita di hadapan Tuhan
Marilah kita mengingat Kristus yang hadir di tengah” kehidupan kita, untuk mati untuk kita.
Perjamuan kudus adalah simbol bahwa Tuhan hadir di tengah” kita. Hari ini kita seringkali tidak merasakan kehadiran Tuhan. Inilah saatnya untuk mengevaluasi kelemahan” kita, melihat kedaulatan Tuhan atas hidup kita dan pekerjaan tanganNya. Dengan begitu kita menyadari bahwa tiap langkah dan tiap hal dalam hidup kita ini tidak ada satu pun yang di bawah kontrol kita.
Dan Tuhan tidak pernah membiarkan kita jatuh sampai tergeletak. Ia membangunkan kita dari kejatuhan di hidup kita.
(Mat 26) Ketika Seorang anak muda menanyakan bagaimana memperoleh keselamatan, Tuhan Yesus menjawab dengan bagian kedua dari 10 hukum musa. (Hukum bagian kedua, relasi dengan manusia), tapi masalah sebenarnya dari pemuda itu adalah cinta akan harta benda. Artinya ada sesuatu yang menggeser Tuhan dari hidupnya. (Hukum bagian pertama, relasi dengan Tuhan)
Apakah hari ini ada suatu hal di hidup kita yang menggeser Tuhan, menjadi Allah lain di hidup kita?
Seseorang, pengetahuan, karir, ambisi..
Hati-hatilah agar kita tidak menjadi sama seperti pemuda itu.
Apa yang bisa kita banggakan di hidup kita ini? Alkitab mengatakan Tuhan memandang hina kecongkakan dan kesombongan, tapi menyukai kerendahan hati.
Marilah kita datang mengatakan “Tuhan inilah aku yang berdosa, aku yang masih sangat kurang dalam melakukan kehendakmu, aku manusia celaka yang membutuhkan Kristus.”
Hanya dalam dekapan Allah lah ada ketenangan dan keamanan.
Comments