GRII FIRES, 27 September 2018 | Vik. Tjam Diana Samara
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, kita menjadi manusia yang terpencar mencari mau dan tujuannya masing” untuk tersesat di dalamnya.
Namun karena begitu besar kasih Allah, kita dipersatukan di dalam Kristus dan kita menjadi anak” Allah.
Union with Christ, adalah satu-satunya yang menjadikan kita anak” Allah.
Meskipun kita mengikuti ibadah, persekutuan, berteriak memuji Tuhan, kalau kita tidak menaruh hidup kita di dalam Kristus, kita bukan umat Allah.
Union with Christ adalah central dari ‘Karya Keselamatan’. Untuk kita menjalani hidup dalam keselamatan itu, kita harus mulai dengan percaya sungguh” kepada Kristus dan kemudian Roh Kudus yang mempersatukan kita dengan Kristus.
Hanya orang yang percaya sungguh” yang tergolong ‘Union with Christ’.
Kemudian orang” yang adalah Union with Christ, akan dipersatukan untuk menjadi ‘Unity in Christ’
** Unity IN Christ bukan With Christ, karena Unity With Christ hanya Trinity Allah Bapa, anak, dan Roh Kudus
‘Unity in Christ’ adalah ketika kita, orang” yang diselamatkan saling terkait, tanpa barrier, tanpa kasta, karena sang kepala Hanya Kristus.
Karena itu setiap anggota tubuh Kristus ini Hanya hebat karena Kristus yang mati untuk kita.
Kita tidak membentuk kesatuan ini, Kesatuan itu Hanya dibentuk oleh Kristus.
Tapi ada peran kita dalam mengekspresikan kesatuan ini. Perlu adanya kesadaran bahwa kita adalah ‘One Body of Christ’. Artinya kita dipersatukan OLEH Kristus, dengan PERAN kita masing”.
Bagaimana cara kita mengekspresikan hidup untuk menjaga Unity in Christ ini? Ada 4 Step yang harus dibereskan menurut Paulus.
“MIND”: Sehati - Sepikir di dalam Kristus. To Be Like-minded.
Unity in Christ akan mengejar untuk mempunyai pikiran yang sejalan dengan Kristus.
Hari ini mengapa kita bisa menanyakan ‘masih relevankah Alkitab dengan jaman ini?’ Bukankah ini adalah pertanyaan yang meragukan Kemahakuasaan dan kedaulatan Allah?
Mengapa kita tidak bertanya ‘bagaimana agar jaman ini kembali relevan dengan Alkitab?’
Hari ini kita membaca Alkitab untuk menuntut pembenaran akan perbuatan Kita. Kita tidak pernah membaca Alkitab untuk menggumulkan kebenaran apa yang harus aku lakukan dan apa yang harus aku ubah dalam hidup aku?
Inilah arti sebenarnya sehati-sepikir. Bukan menyesuaikan ayat” favorit dengan hidup kita, melainkan menyesuaikan hidup kita dengan semua Firman Allah.
Kalau kita tidak terlatih, maka semua pemikiran akan kita anggap ‘sama saja’. Semua pengkhotbah sama, semua agama sama.
Orang bodoh tau samanya, orang bijak tau bedanya.
Kita tidak bisa bermodalkan asal semua sama percaya Kristus, kita berkumpul bersama dan kita menjadi unity in Christ. Sedangkan kita tidak sehati-sepikir. Hal ini akan mengakibatkan terpecah belah, karena kita hanya ‘Uniform’, bukan ‘Unity’.
Our mind is not to be likened with God.
Persekutuan ‘Uniform’ yang terlihat kompak diluar, tapi tidak sehati-sepikir, tidak mempunyai Mind yang sejalan dengan Allah, kita akan hancur dalam konflik.
Paulus mengatakan “Mind”, adalah permulaan dari persatuan dalam Kristus.
Cara berpikir kita adalah yang pertama yang harus dibereskan. Bukan praktek dulu. Karena tanpa pemikiran yang sama, gerakan tidak akan bertahan.
“Visi bisa dicari sambil jalan” itu omong kosong.
Inilah alasan mengapa kita memerlukan Dasar Teologi yang kuat untuk kita bangun di atasnya.
Secara Pribadi, menggumulkan alkitab setiap hari, Secara Kolektif, menggumulkan pemikiran kita agar bisa disatukan.
“LOVE”: Mengasihi seperti Kristus
Love di dalam Kristus, bagaimana Kristus mengasihi kita dengan caranya dan dengan prinsipnya, demikianlah kita mengasihi sesama kita.
Ketika manusia membangun Kasih dengan cara manusia, cara post-modern, suatu hari kasih itu akan hancur.
Allah mengasihi kita bukan karena mengharapkan sesuatu dari kita, tapi karena Allah memang mengasihi kita. Kasih yang menyelamatkan, kasih yang rela mati, rugi, untuk kita.
Kalau kita tidak mengerti cinta kasih sejati Allah, kita tidak bisa mengetahui apa artinya Kasih sebenarnya.
Kasih yang sejati akan selalu membawa satu sama lain kembali kepada jalan yang benar, walaupun keras dan kasar.
Sudikah kita punya pikiran yang menerima arti kasih yang sebenarnya ini?
“FELLOWSHIP”: persekutuan yang mempunyai ikatan kuat untuk saling mempertumbuhkan
Kita hanya bisa mempunyai persekutuan yang mempunyai ikatan kuat untuk mempertumbuhkan, Hanya ketika kita mempunyai ‘MIND” dan “LOVE” yang sejalan dengan Tuhan.
Kita Membangun persekutuan kita dengan dasar bahwa “Kita bersama-sama melayani Tuhan dengan masing-masing porsi tugasnya”
Tanpa mindset yang sama, kita tidak akan punya semangat yang sama. Yang ada adalah saling menjatuhkan, iri hati, dan mencari penghargaan.
“PURPOSE”: tujuan yang dilakukan dan diaktualisasikan.
Dari Mind, Love, dan Fellowship, barulah aplikasi dari visi ini direalisasikan, dan ini adalah tahap yang sederhana.
Filipi 2:3-4 - tidak mencari kepentingan sendiri, tidak mencari pujian yang sia”, tidak menganggap diri terutama melainkan mendahulukan orang lain.
Union with Christ, bersama” Unity in Christ, menjadi One Body of Christ, akan memberikan possibility untuk mempunyai Humility yang dihidupi.
Humility yang sejati tidak mungkin ada tanpa kita dipersatukan dalam Kristus. Kita belajar menghidupi humility ini dengan berusaha mencerminkan Kristus dalam kepribadiannya.
Kita melihat seluruh hal terkecil dalam hidup kita adalah ‘Anugerah’. Kita tidak mungkin mempunyai pikiran seperti ini tanpa Anugerah Kristus.
Karena manusia berdosa pada dasarnya ingin menjadi Allah. Ingin dihargai, ingin dilayani, ingin dipuji.
Banyak kebaikan yang kita lakukan dengan mindset ‘siapa tau suatu hari aku perlu dia’. Kebaikan dan pelayanan yang kita lakukan, kita melihat ‘Reward’ di akhirnya.
Tuhan Yesus tidak melakukan ini dengan melihat Reward. Tidak ada Reward tambahan bagi Allah. Tapi Yesus melakukan ini hanya simply karena Ia mempunyai humility yang sejati.
Karena itu tidak mungkin ada humility yang sejati Tanpa ‘anugerah’ Kristus itu sendiri.
Ekspresi dari hidup Unity in Christ kita seharusnya adalah hasil dari ‘Mind’ yang disatukan, membuat ‘Love’ yang sejati membawa ke jalan yang benar, ‘Fellowship’ yang terikat dan mempertumbuhkan, dan ‘Purpose’ yang dibangun dan acted berdasarkan Ketiga aspek sebelumnya.
—KTB—
Apa bedanya visi orang Kristen dengan Visi orang” ambisius di kerajaan dunia?
Visi orang dunia penuh tekad dan semangat.
Tapi, memakai eliminasi untuk mencari ‘the best.
Sedangkan Visi Kekristenan berbicara tentang memakai kolaborasi untuk menjadikan seluruhnya ‘Best’.
Visi Kekristenan adalah sebagai satu tubuh , saling memperlengkapi untuk bersama” menjadi ‘Best’ untuk mencapai visi itu.
Visi dunia adalah ‘survival of the Fittest’, dimana yang terpintar akan survive dan Membangun kerajaan sendiri, yang kalah dieliminasi. Alkitab tidak pernah mengajarkan seperti ini.
Alkitab mengajarkan gereja sebagai satu tubuh, bersama” membangun kerajaan yang sama.
GRII FIRES, 4 October 2018 | Dr. Tjam Diana Samara
Phil 2:3-4 : “Do nothing out of selfish ambition or vain conceit. Rather, in humility value others above yourselves, not looking to your own interests but each of you to the interests of the others.”
Untuk mencapai ayat ini, Paulus memberikan Dasar supaya kita bisa melakukannya.
Kita diciptakan untuk bersatu dalam Tuhan, dan menghidupi kesatuan ini sehingga kita bukan hidup sebagai diri sendiri, melainkan sebagai gereja.
Union with Christ leads to Unity in Christ.
Allah ada di posisi paling atas dimana segala sesuatu Harus kembali pada Dia dan segala kemuliaan Hanya bagi Dia. Manusia jatuh ke dalam dosa karena ia ingin mengambil posisi ini.
Bahkan hari ini manusia di dalam situasi bencana alam yang besar pun bisa tetap mementingkan diri sendiri dan mencari kenyamanan diri.
Syukur pada Allah karena ia memberikan kita kebebasan dari sifat ini ketika ia bersatu dengan kita, sehingga kita bisa mengesampingkan kepentingan diri sendiri.
Kristus yang mempersatukan kita sebagai One Body of Christ, memungkinkan kita untuk berelasi dalam kasih. Hanya Kristus, dasar yang bisa membuat persekutuan antar manusia berdosa ini berhasil.
Tidak mungkin kita bisa melihat sesama dan alam, sambil memuliakan Allah, kalau kita tidak mendasari segalanya dengan Kristus.
Hari ini kita hidup di jaman post-mo yang melihat berbagai aspek dunia ini seperti relationship, cinta, leisure, dll. Dan kita pun mengesampingkan Firman dari Fokus utama kita. Sehingga kita menjadikan pengikat kebersamaan kita di dalam persekutuan adalah hal” duniawi ini, bukan Firman Tuhan.
Bahkan kita menjadikan Firman Tuhan Hanya sebagai beban dan kewajiban. Akhirnya kita menjadikannya sebagai ‘aksen khusus’ saja di dalam persekutuan kita.
Paulus selalu memulai surat”nya dengan dasar” teologi dan doktrinal yang kuat, karena ia Menjunjung tinggi dasar satu-satunya yang memungkinkan kita untuk bersekutu adalah bersatunya kita dengan Kristus.
Di dalam kita membangun satu tubuh Kristus tidak akan bisa dimulai selain dari ‘Being Like Minded’. Pusat dan Focal point, konsep pikiran yang sama yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dari ‘MIND’ > ‘ LOVE’ > ‘FELLOWSHIP’ > ‘ACT OF PURPOSE’
Dengan adanya kesadaran bahwa kesatuan kita hanya possible ketika Kristus yang mengikat kita, barulah kita akan mempunyai ‘Humility’
Humility bukan muncul dari keminderan, keterpaksaan, kebodohan, melainkan dari mata yang melihat bahwa segala sesuatu bersumber bukan dari dirinya.
Di dalam kerendahan hati, orang tidak akan mencari:
1. ‘Selfish Ambition’
Selfish ambition disini bukan Hanya ingin menang, tapi bahkan bisa mengorbankan orang lain, menginjak orang lain, demi mendapatkan apa yang dia mau.
Orang yang mempunyai selfish ambition adalah musuh yang mematikan di dalam gereja. Lagi” kembali ke sifat manusia yang membawa ke dalam kejatuhan, mau menjadi Allah.
Orang yang mempunyai selfish ambition hanya melihat dirinya sendiri. Ia tidak melihat orang lain sebagai orang yang diselamatkan Tuhan, yang ditempatkan Tuhan setara dengan dirinya
Prinsip orang yang egois adalah ‘I am the center’: ia benci orang berdasarkan diri, ia menganggap sesuatu benar berdasarkan diri. Bahkan di dalam pelayanan pun, center nya adalah dirinya sendiri. ‘Sepanjang itu tidak menguntungkanku, aku tidak akan melakukannya.’
Tujuan orang ini adalah ‘mengisi diri sendiri’.
Apakah kita bisa bertumbuh sendirian? Menjadi sepintar apapun, sehebat apapun, tanpa kita menjadi satu tubuh Kristus, kita tidak berguna. Kita tidak bertumbuh.
Orang yang egois adalah orang yang merasa perlu dihargai. Selalu mau dimengerti. Selalu mau menjelaskan alasan dari kesalahannya, tanpa menerima kesalahan itu.
Apakah kita datang di dalam ibadah sebenarnya mengejar ‘mengisi diri sendiri’?
Musuh kedua yang akan menghancurkan gereja adalah:
2. ‘Pencari Pujian yang sia-sia’.
Orang yang gila dengan pujian kosong ini sangat senang berada di posisi saat ini, dan tidak bisa bertumbuh dalam kritik.
Orang yang tidak pernah mau dikritik adalah orang yang tidak akan pernah maju. Orang seperti ini selalu punya alasan untuk membenarkan diri, selalu punya alasan bahwa ‘Saya tidak bersalah’.
Orang yang bekerja keras, dan meminta penghargaan dan pujian atasnya, ini orang yang akan menghancurkan persekutuan.
Jika kita adalah orang ini, kita bukan orang yang mempunyai konsep pikiran yang tertuju pada pekerjaan Tuhan.
‘Biarkan saya dilupakan, biarkan saya disalahmengerti, tapi asalkan demi pekerjaan Tuhan itu terbaik.’
Demi mempunyai kesatuan sebagai Tubuh Kristus, kita menjadi orang yang rendah hati.
Demi menjaga kesatuan di dalam Kristus akan lebih menghargai orang lain dibanding dirinya sendiri.
Phil:
1. ’esteem others better than himself’
Membuang keegoisan dan pujian sia” ini, dan memandang orang lain lebih utama dari dirinya.
Ketika kita menganggap orang lain lebih penting, disitulah sebenarnya kita lebih dihargai dengan sungguh”. Orang yang hadir di dalam gereja karena merasa keberadaannya dibutuhkan dan penting, adalah orang yang tidak menjaga kesatuan di dalam gereja.
Orang yang menjaga kesatuan tidak mencari orang” menyadari keberadaannya, melainkan justru menyadari keberadaan orang” lain.
Menyadari ada hal” yang jauh lebih penting, karena itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, dan hal” yang baik untuk diri sendiri itu tidak ada apa”nya.
Hanya orang gila yang mengutamakan alam dan diri sendiri sehingga seolah” Salib Kristus itu disetarakan dengan hal” di hidup kita yang bisa kita pilih.
2. ‘not only for his own interest but of others
Menyadari urusan kita sendiri, tapi tidak pernah menjadikan urusan kita menyabotase urusan orang lain.
Di dalam kesatuan tubuh Kristus, apakah kita menjadi orang yang merugikan orang lain? Sudahkah kita menyadari kepentingan orang lain dan mengutamakannya?
-— KTB —-
Ketika ktia beribadah, bersekutu, bergereja, bagaimana kita bersama membangun satu tubuh Kristus yang tidak selfish dan membuat orang lain lebih utama?
1. Motivasi dalam beribadah BUKAN untuk mengisi diri sendiri.
Maksud dari kalimat ini bukan kita tidak boleh datang untuk mencari Firman Tuhan, tentunya kita datang untuk mencari Firman, tapi motivasi di dalam diri kita tidak boleh hanya mentok sampai diri sendiri. Tujuan kita adalah lebih jauh lagi mencapai orang lain keluar.
Menjadi alat Tuhan bagi rencana keselamatannya, melalui hidup kita pun dipakai agar orang bisa melihat Kasih Tuhan. Membuat orang lain itu lebih utama berbicara bagaimana menjadi saksi agar mendorong orang lebih dekat dan haus akan kebenaran.
Di dalam kita menjadi saksi Kristus di kalangan orang lain pun, perlu diwaspadai motivasi kita apakah masih berpusat pada diri sendiri? Apakah kita sungguh” ingin mencari Firman Tuhan untuk menjangkau orang lain karena kita peduli pada mereka, karena kita ingin rencana Tuhan jadi, ataukah sekali lagi itu mengisi diri sendiri dengan penghargaan dan kekaguman dari orang lain?
2. Menyadari, aware akan ‘berkat’ yang kita terima
Ketika kita menjalani hidup di dalam persekutuan, gereja, kita seringkali datang dan pergi tanpa menyadari setiap tetesan berkat yang kita terima.
Firman yang bisa kita dapatkan, makanan yang ada, ruangan, gedung, teman persekutuan, musik, itu semua ada orang yang melayani. Sadarilah hal itu.
Setelah kita menyadari hal ini, ketika kita membuat orang lain lebih utama, kita akan tergerak untuk melayani bersama mereka.
Kita mengutamakan orang lain bukan berarti:
Kita lebih rendah dari orang lain dan harus menghamba pada orang lain Kita adalah orang” yang mengutamakan orang lain karena kita adalah hamba Tuhan dan adalah alat” Tuhan untuk rencanaNya.Kita bukan hanya mengutamakan yang ‘beneficial’ buat kita.
Sebagai orang yang mengutamakan orang lain, kita melepaskan keperluan kita karena orang lain ada yang membutuhkan kita, siapapun orang itu, walaupun dia lebih rendah dari kita.
GRII FIRES, 5 October 2018 | Vik. Tjam Diana Samara
Phil 2: 3-4
Humility: “Lowliness of Mind”
Kerendahan hati yang dimaksud bukan sekedar yang tampak diluar, melainkan yang dari dalam muncul keluar. Terkait dengan bagaimana kita berpikir tentang keberadaan diri sendiri, yang akhirnya mempengaruhi respon yang terefleksi keluar, bagaimana kita menempatkan hidup kita.
Kerendahan hati dimulai dari kesadaran kita melihat Allah, dan melihat Orang lain, dan melihat diri sendiri. Dan menyadari bagaimana Allah melihat orang lain.
Apa bedanya kerendahan hati Kristen dan kerendahan hati budaya?
Kerendahan hati yang sejati adalah kerendahan hati karena mengenal Allah dan tunduk padanya. Karena itu muncul ketika seseorang mulai bertobat dan dibentuk oleh Allah sendiri dalam hidupnya.
Karena sejak kejatuhan Manusia, Ia selalu ingin menjadi Allah. Mencapai posisi tertinggi untuk keinginan sendiri.
Bicara kerendahan hati harus dimulai dari: Kita mengenal pencipta kita.
Sadar bahwa Kita adalah orang berdosa yang tidak layak dan harus menerima hukumanSadar bahwa kita bergantung total pada Allah
Seringkali kita melihat diri kita menjalani hidup dan terlalu berat. Tapi kita sebenarnya sedang men-central-kan diri kita dan memaksa Tuhan berperkara di hidup kita, bukan bagaimana kita hanya dipakai Tuhan untuk berperkara di dalam rencana Tuhan.
Kesadaran kita akan keebergantungan total kita sebagai orang berdosa kepada penebus kitalah yang bisa membuat kita rendah hati.
4. Sadar bahwa Kecukupan hanya ada di dalam Tuhan.
5. Sadar bahwa segala kemuliaan hanya bagi Tuhan
Fokus dalam hidupnya Hanya kemuliaan bagi Allah bukan diri sendiri. Dirinya tidak diingat, tidak dipedulikan tidak masalah, hanya asalkan Allah dipermuliakan.
Orang yang rendah hati tidak akan pernah mengatakan apa yang Sudah ia lakukan, melainkan apa yang sudah Tuhan kerjakan melalui dia. Ia punya kesadaran bahwa ‘bukan saya, melainkan Tuhan’ yang sedang bekerja.
Bicara kerendahan hati harus dilanjut dengan: Kita melihat orang lain.
Menghargai
Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak pernah menuntut dirinya dihargai, tapi orang yang belajar menghargai orang lain lebih daripada dirinya.
Kita semua di hadapan Tuhan adalah orang” yang berdosa dan sama” Tuhan mati untuk kita.
Aristotle: “Apapun yang kita kerjakan akan berujung pada diri sendiri” ini adalah prinsip orang” berdosa yang tidak berada di dalam Kristus.
Kita menghargai orang lain bukan untuk dihargai juga, tapi karena kita sadar bahwa kita sama” orang tebusan Tuhan.
2. Kepentingan orang lain
Orang” yang rendah hati, meskipun punya begitu banyak kepentingan diri sendiri yang besar, tapi pada titik orang lain mempunyai kepentingan, ia mau mengesampingkan dirinya, melihat kepentingan orang lain itu lebih penting daripada diri sendiri.
Ia bisa melihat tanggung jawabnya di hadapan Tuhan yang harus ia kerjakan. Bukan urusan diri sendiri.
3. Tidak ada Dendam
Orang yang rendah hati adalah orang yang sadar bahwa dirinya berdosa dan harus dimurkai Tuhan, tapi Tuhan tidak murkai. Dirinya tidak layak untuk diampuni Tuhan.
Ia bisa melihat seluruh kejadian ‘malang’ yang ada di hidupnya itu sebenarnya layak diterimanya. Ketika ada orang yang menyakitinya, Ia melihat orang itu pun sebagai bagian dari karya keseluruhan Tuhan, dimana Ia tetap perlu mengutamakan tanggung jawabnya sebagai orang Kristen.
Ia mengesampingkan segala emosinya karena ia menyadari emosinya tidak layak dibandingkan dengan kehendak Tuhan di hidupnya, dan ia pun membuat orang lain lebih utama.
4. Menerima Kritik
Orang yang rendah hati cepat menyadari kesalahannya, dan lambat dalam membela dirinya.
Kita melihat kritik sebagai alat di tangan Tuhan untuk membentuk kita dan membawa kita menjalankan kehendaknya.
Bicara kerendahan hati: Kita mengenal diri sendiri.
Melihat diri sendiri
Orang yang rendah hati melihat dengan jelas porsinya di hadapan Tuhan, sehingga Ia bisa berespon dengan benar di hadapan Tuhan
2. Menerima diri sendiri
Orang yang rendah hati menyadari bahwa Tuhan tidak pernah salah menciptakan. Kita yang salah menilai diri kita di hadapan Tuhan.
Melalui kacamata keberdosaan Kita, kita bisa menemukan banyak alasan untuk rendah diri dan mengurangi kapasitas diri.
Tapi di dalam Kristus kita melihat diri kita berada di topangan tangan Tuhan, dan kita tidak akan melepaskan identitas ini.
Betul kita adalah ciptaan yang rusak dan harus dibuang ke neraka, tapi Allah memberikan anakNya untuk membawa kita kembali. Dan Kita tidak boleh menyia-nyiakan anugerah ini.
3. Menyadari ketidak-tahuannya
Orang yang rendah hati melihat orang lain sebagai anggota tubuh Kristus yang berbagian dalam rencananya di dalam panggilan masing”. Dan ia akan terus belajar bukan untuk meningkatkan kemampuannya, melainkan untuk bisa melakukan kehendak Tuhan.
4. Tidak melihat diri sendiri
Orang yang rendah hati tidak pernah melihat dirinya sebagai subjek. Ia menyadari bahwa di dalam pelayanan, bukan kemampuannya yang diperlukan, melainkan dirinya sebagai alat yang dianugerahi kesempatan untuk dipakai.
“No one comes to help, no one comes to contribute. Only to serve and learn”
Ia tidak melihat diri sendiri, yang ia lihat hanya Tuhan, dan Tuhan.
Kita melayani bukan untuk dihargai, melainkan karena respon kita sebagai orang yang diberi kesempatan untuk melayani oleh Tuhan.
Karena itu orang yang rendah hati tidak akan melihat situasi melalui dirinya sendiri, melainkan melalui keseluruhan Karya Tuhan.
5. Tidak mengambil kemuliaan apapun
Kita hanya orang berdosa yang bergantung padaNya, dan apapun yang ktia lakukan semuanya hanya untuk kemuliaan Allah.
Rendah hati yang sejati adalah segalanya mkembali pada Tuhan
Comments