GRII Bandung, 19 Agustus 2018 | Pdt. Jimmy Pardede
2 Petrus 1 : 3 - 6
“Through these he has given us his very great and precious promises, so that through them you may participate in the divine nature, having escaped the corruption in the world caused by evil desires.”
“For this very reason, make every effort to add to your faith goodness; and to goodness, knowledge; and to knowledge, self-control; and to self-control, perseverance; and to perseverance, godliness;”
Surat” umum: Ibrani, Yakobus, Petrus, memiliki tata Bahasa yunani yang sangat tinggi, although mereka berasal dari Galilea.
Hangel: “Paulus benar2 berjiwa injil sampai membatasi kosa kata yunaninya.”
Fred Francis: “Orang” Israel utara mempunyai keakraban dengan Yunani sehingga skill bahasa dan budayanya bisa obtained.”
Kita dianugerahkan Tuhan kitab” ini yang menunjukkan pergumulan di dalam pengertian apa itu Kesalehan?
Kesalehan =
kata” dan tidakan tidak berbeda.
Jangan bicara sesuatu yang tidak nyata, baik dalam diri maupun dalam realita. Orang yang berlebihan dalam kata” berarti kurang saleh.
Tau bagaimana menghaargai orang tua.
Bagaimana? Dengan tau cara bersikap dengan mereka. Mesti dengan cara yang disetujui orang sekitar adalah hormat.
Tidak menganggap rendah orang lain.
Tidak ada sikap yang mencerminkan pikiran kita bahwa kita memandang rendah orang tsb.
Jangan lawankan keselamatan karena Iman dengan perbuatan baik. Walaupun identitas Kristen hanya terdapat pada iman, bukan pada perbuatan, tapi perbuatan ini akan sejalan dengan iman bila iman itu adalah iman yang sejati.
Perbuatan sama pentingnya dengan iman.
Tau bagaimana bersikap di hadapan Allah.
Berbicara dengan Tuhan harus penuh dengan kata” hormat. Bukan karena ada jarak dengan Allah, tapi karena kesadaran akan ke hambaan yang najis kita sebagai manusia. Tapi Tuhan yang menyatakan dan melayakkan kita.
Kesalehan mengharuskan kita untuk tau bersikap pada Allah.
Plato menggumulkan apa itu kesalehan, terutama saat gurunya, socrates mau dihukum mati. Plato berkata kebanyakan orang hanya tau bagaimana kesalehan hanya dengan kebudayaan dan deskripsi tadi.
‘Politically Correct’ = harus sesuai norma, tidak menyinggung orang, bertindak dengan cara yang diterima oleh umum.
Ini adalah Saleh secara umum, tapi sebenarnya bukan saleh yang sebenarnya.
Eutifrus: “Kesalehan adalah yang disukai dewa-dewa”
Apakah Dewa” memerintahkan kesalehan? Mengapa Dewa suka kesalehan ini? Apakah Kesalehan dilakukan hanya karena disukai dewa? Apakah dewa” ini juga menaati kesalehan?
Kenapa definisi ini tidak ketemu”?
Karena manusia telah memisahkan antara kehidupan manusia dan pekerjaan Tuhan.
Dunia antara mengatakan “Tuhan yang belum mengerjakan hidup saya, makanya saya ‘diam’ tidak berbuat saleh”, atau; “Tuhan Hanya mencatat, saya yang melakukan kesalehan ini”
Kesatuan kita dengan Tuhan tidak meniadakan Tuhan, dan tidak meniadakan diri kita juga
Orang yang berpikir kalo Tuhan menganugerahkan apapun, itu meniadakan tanggung jawab kita, itu orang tidak beres. Apapun yang Tuhan berikan akan memulihkan kemanusiaan kita.
Makin Kita berada di dalam Tuhan, makin kita merasakan Anugerah Tuhan, Makin karya kita sebagai manusia nyata.
Kesalehan adalah kemampuan kita bisa mencerminkan Tuhan, karena Tuhan terlebih dulu hadir dalam manusia.
Pengetahuan harus ada, maka kita bisa menguasai diri, maka kita bisa tekun, untuk meninggalkan hidup yang lama.
Maka kita bisa punya kesalehan.
Kesalehan ini ketika semua yang ada di dalam diri kita tadi keluar dengan limpah.
Kesalehan adalah posibility yang dipunyai manusia karena Tuhan ada dalam dirinya, sehingga manusia itu mampu untuk bertindak dengan tepat sesuai kata”, menghormati orang tua, tidak merendahkan orang lain, dan tau bagaimana bersikap di hadapan Allah.
Diri Tuhan mengerjakan bukan meniadakan diri, melainkan memunculkan diri. Tuhan bekerja dalam manusia, dan Tuhan adalah saleh, karena itu Manusia memiliki kemampuan untuk mencerminkan kesalehan ini. Saat itulah manusia menjadi manusia sejati sesuai yang Tuhan create us for.
Saya bisa mengenal Tuhan melalui hal” yang keluar dari diri saya. Ketika kita berbuat saleh, kita mengenal bahwa Tuhan sedang mengijinkan kita mencerminkan pribadinya yang telah hadir di dalam kita.
Perbuatan kita yang merupakan cerminan ini adalah cara Tuhan memperkenalkan dirinya kepada kita.
Kita bisa bijak, adil, baik, rendah hati, ini adalah sikap Tuhan yang di dalam diri kita, yang Tuhan ijinkan untuk terpancarkan melalui diri kita, keluar kepada dunia.
Apakah kita mau memperjuangkan kesalehan di dalam diri kita, dengan memancarkan pribadi Tuhan yang ada di dalam diri kita melalui hidup kita?
Komentáře