GRII FIRES, 18 Agustus 2018 | Vik. Edward Oei
Sesi 1: Awal mula Peperangan
Peperangan adalah sebuah fact. Ketika manusia diciptakan, Allah Sudah memberikan dia pergumulan. Di taman eden, Allah Sudah memberikan pilihan pada manusia, apakah akan memakan yang ditentukan atau tidak memakan yang ditentukan, atau memakan yang tidak ditentukan.
Yang tidak ditentukan adalah binatang, jadi Adam tidak melihat binatang itu sbg opsi.
Manusia diperbolehkan makan buah”an yang ditentukan. Dari yg ditentukan itu ada yg boleh, Tapi ada satu buah yang tidak boleh dimakan. Sesungguhnya yang tidak boleh bukan ttg buahnya, tapi simply tidak boleh disentuh karena Firman Tuhan mengatakan demikian.
Manusia diciptakan untuk hidup dituntun dikontrol oleh Allah. Inilah yang menjadikan manusia sebuah ciptaan agung yang berbeda, karena punya privilege untuk melaksanakan mandat Allah.
battle yang ada hanyalah antara diri manusia dengan dirinya sendiri, menaati atau tidak?
Tapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, peperangan dan permusuhan ada diantara sesama manusia. Diantara Tuhan dan manusia. Diantara Alam dan manusia.
Permusuhan ini berada dalam 3 stage.
Cosmic drama (BoTM 1): Allah sebagai penguasa segala sesuatu dan pengikutnya, bermusuhan dengan penantang” Allah. Penantang Allah adalah siapapun yang tidak melaksanakan kehendak Allah. Ketika kita bingung dan jadi tidak menjalani kehendak Tuhan, Ambil jalan yang salah, kita telah menjadi penantang Allah yang bermusuhan dengan Allah. Ketika kita menghabiskan waktu Tuhan dengan Menunda pekerjaan Allah dalam hidup kita, kita sedang berada dalam kelompok penantang Allah.
Context in History (BoTM 2): Dunia ini sedang mengajak kita untuk merelatifkan segala sesuatu. Dan kita tidak tau lagi apa namanya Allah? Apa namanya diri sendiri? Apa namanya dunia ini? Akhirnya kita berani untuk melawan diri, melawan Allah, melawan dunia. Kita berani mensimulasikan kebenaran dan kebaikan berdasarkan keinginan kita sendiri, sesuka kita. Sehingga prinsip firman Tuhan tidak mengubahkan hidup kita menurut Firman. Kita puas dengan ‘simulasi’ itu. Apa yang kita rasakan. Puas dengan konteks yang ‘excellent’ bagi dunia. Sehingga kita telah gagal menjadi bagian dalam sejarah penggenapan kehendak Allah.
Context in Myself: Kita telah gagal untuk takluk pada satu Firman, satu jalur, satu ara, satu Allah.
Kita berpikir, kenapa kita tidak bisa sambil menjalankan firman, sambil ditambahkan budaya” dunia ini juga?
Ini membuat kita kehilangan identitas kita, karena kita gagal dalam cosmic drama. Gagal menempatkan diri di pihak Allah.
Sehingga Kita gagal menempatkan diri dalam History sebagai hidup yang beribadah, untuk menggenapi Kehendak Tuhan.
Akhirnya kita kehilangan gambar dan rupa Allah, karena itu saya boleh taat pada Tuhan salah satunya, tapi juga berbagian dalam ‘kebenaran”’ dunia ini.
Hati kita dipenuhi roh kudus, tapi Kita kalah berperang, karena Otak kita tidak pernah dimenangkan di dalam Tuhan. sehingga seluruh kelakuan ktita tidak pernah diubahkan.
Rom 12:2 “Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God’s will is —his good, pleasing and perfect will.”
“berubahlah dalam akal budimu, sehingga kamu dapat dimenangkan dalam Allah.”\
Ketika diri kita merasa boleh jadi apa saja, kepala kita dipermainkan di tengah dunia yang merelatifkan segala sesuatu. Tanpa penempatan diri yang benar di jalan Allah, Arah yang Allah tentukan.
Akhirnya kita akan menjadi ‘excellent’ di dalam jalan yang SALah.
Inilah ketika kita lose in the battle of the minds. Kita kehilangan keyakinan awal kita diciptakan. Kehilangan moral dan kepahaman kita akan siapa diri kita sebagai manusia?
Sehingga di tengah jaman ini, etika” yang benar adalah selalu ‘tergantung situasinya’.
Berbeda dengan orang kristen sejati menyadari keberadaan mereka sebagai pengikut Allah, sehingga mereka tidak akan kompromi dengan identitas ini.
Dimana mereka tidak boleh melampaui kehendak dan kedaulatan Allah, dan mereka takluk di bawah Firman Allah.
Tuhan menuntut kita untuk menyempuranakan hidup kita di dalam peperangan yang ada. Memperbaharui pikiran dan akal budi myself selama hidup saya dalam sejarah ini. Berpindah, menempatkan diri kita untuk berperang bersama Allah.
Kita belajar untuk merubah diri kita karena kita yg hidup dalam keberdosaan, telah dipertemukan dengan Allah yang hidup.
Karena itu kita harus terus berubah, semakin dipindahkan ke pihak yang benar. Semakin takluk ke dalam kontrol Allah. Semakin melangkah di arah yg ditentukan Allah.
Sesi 2 - Battle with thyself
Peperangan dalam diri mempunyai 3 aspek:
1. Saya sebagai person
Saya adalah seorang pribadi, bukan sebuah barang. Karena itu pribadi saya ini tidak mungkin muncul dari sononya.
Bagaimana saya muncul sebagai pribadi dan bukan barang?
Saya pribadi yang bisa taat, bisa punya keinginan, bisa melawan, bisa takluk, bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah. menyadari hal ini, hidup saya seharusnya jadi seperti apa?
Kalau kita tidak lagi bisa mempertahankan satu kebenaran, satu prinsip, “let it flow” kita telah mematikan pribadi kita.
Kalau kita bangga untuk hidup hanya mengikuti arus dan tradisi yang ‘benar’ bagi dunia, kita telah kehilangan pribadi kita sebagai manusia ciptaan Allah.
Orang yang tidak bisa mengkoreksi hidupnya, bukan seorang pribadi.
2. Akal budi di dalam diri saya
Akal budi kita akan membedakan benar dan salah.
Socrates: “Manusia harus mengetahui benar salah sampai esensinya yang paling mendasar”
Manusia terbiasa dengan menerima keadaan yang dihadirkan di dunia. Tidak peduli apakah itu sungguh” benar atau melenceng. Yang penting ‘rasa’ yang disimulasikan sudah benar.
Kebenaran Firman Tuhan yang sesungguhnya akan melepaskan ‘kebenaran’ yang lama, dan maju kepada yang baru. Karena itulah kebenaran ini adalah kebenaran yang mengubahkan hidup kita.
Kebenaran ini seharusnya menyatu dengan kebiasaan” kita.
Kebenaran ini yg menuntut kita untuk merubah dasar berpijak kita yang kita pahami sebagai ‘kebenaran’ yang sebenrnya hanya simulasi yang ada di dunia yg berdosa ini.
Tapi kita terjebak dan terikat di dalam tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Kenapa?
Karena kita tidak percaya sungguh” akan kebenaran itu.
Kita tidak percaya bahwa kebenaran itu adalah yang baik dan indah. Kita takut meninggalkan pijakan nyaman kita yang lama. Mindset dunia yang serupa.
Karena itu, langkah pertama untuk menang adalah:
Vantil: “Basic heart commitment” > presupposition kita harus digeser, dimenangkan oleh Firman Tuhan. Barulah kita bisa berubah.
Ketika tidak ada hati yang bertekad untuk menggeser pikiran kita, tidak ada yang mengatakan ‘Saya mau tunduk dan takluk dibawah firman Tuhan,’ berjalan berdasarkan kebenaran, tidak akan pernah ada perubahan.
HEART > MIND > THOUGHT > BEHAVIOUR
Orang yang mendengarkan Firman terus menerus tanpa hati yang mau berkomitmen untuk melepaskan pijakan yang lama tidak akan bisa diubahkan hidupnya.
Bagaimanapun, manusia berdosa pada dasarnya mempunyai hati yang setia pada ke tidak benaran. Kita bangga dengan hal” gila dan keberuntungan” yang kita dapat di dalam keberdosaan kita.
Karena itu, untuk memenangkan Battle of the minds ini, kita perlu mempunyai tekad hati yang mengatakan ‘saya takluk dibawah Tuhan’
Roh Kudus yang memberikan harapan untuk berubah di dalam ‘Heart’ > ‘Mind’ kita didisiplinkan untuk takluk kepada Firman > ‘Thoughts' kita akan setia terpaut pada Firman > ‘Behaviour’ kita akan sungguh” mencerminkan Firman Tuhan.
Kalau kita tidak mengikuti proses dari semua tahap ini, kita hanya palsu. Kita mempermainkan kebenaran.
Selama hati kita tidak terpaut pada kebenaran, usaha kita dalam mind, thought, and behaviour hanya ‘simulasi’ kebenaran yang sesungguhnya
sama saja seperti pijakan awal, ‘kebenaran’ yg serupa dgn arus dunia ini.
3. Etika saya sebagai Manusia
Etika kita berdasarkan penilaian kita akan Good dan evil.
Saat ini kita tidak menyukai kebenaran karena kita tidak menganggap kebenaran ini ‘Good’. Kebenaran ini terlalu ekstrim.
"Benar belum tentu baik tergantung situasi"
Kalau kita tau bahwa segala kebanaran yang absolut ini hidup diatas dasar Firman Allah, kita akan tau bahwa semua kebenaran Tuhan itu PASTI baik.
Tapi kita hidup di jaman yang mengatakan, kalau kita tidak nyaman, itu tidak baik. Wakaupun itu benar.
"Benar bukan berarti baik." Ini adalah prinsip yang menyatakan the fact bahwa jaman ini mengatakan, baik itu untuk kenyamanan diri, bukan untuk penggenapan Firman Allah.
Komitmen Dasar kebenaran yang diberikan oleh Allah, dan dirindukan oleh hati manusia, barulah kita bisa work it sampai kita memenangkan the battle.
Ini akan membawa kita pada:
1. kecukupan akan Firman itu.
Firman ini cukup untuk jadi alasan yang justify keadaan apapun yang menimpa kita.
Dosa yang harus dilawan adalah ‘Dosa mempertanyakan Firman’.
Dosa menyesuaikan Firman dengan ‘situasi yang relevan’ sehingga Firman itu tidak perlu dihidupi.
Pada akhirnya, Firman itu tidak mengubahkan.
2. Kesadaran bahwa Kita tidak pernah mencapai akhir dari peperangan ini.
Selama saya masih hidup di dunia ini, saya harus terus maju mendorong, menggeser, mempertumbuhkan hidup saya, agar saya berbagian dalam sedikit lebih menggenapi keutuhan kerajaan Allah saat Yesus datang kedua kali.
Generasi setelah kita memerlukan topangan untuk starting point, agar mereka bisa melanjutkan bagian mereka dalam penggenapan ini.
Inilah satu visi yang kita manusia pegang sepanjang jaman.
Tugas kita di dunia ini adalah melanjutkan yang sebelumnya, dan memberikan starting point untuk dilanjutkan.
Perumpamaan ‘talenta’, adalah segala berkat, keadaan, anugerah waktu, bakat, dll yang Tuhan beri, Tuhan tuntut untuk kita work on berkat” ini sesuai kapasitas kita yg ditetapkan Tuhan.
Peperangan ini memang perlu anugerah Tuhan, tapi di sisi lain, kita perlu berusaha untuk meminta lebih lagi keinginan kita untuk berada dalam posisi yang benar, dan menghidupi kebenaran itu sebagai kebaikan yang ditanam dalam hati.
QnA
Bagaimana menjaga basic heart commitment kita tetap ada?
Hari demi hari harus selalu kita lihat sebagai anugerah Tuhan, dan menyadari bahwa kita butuh Tuhan untuk melangkah. Karena itu pertama kita harus terus meminta pada Tuhan.
Dengan Tuhan memberikan starting point, kita harus memupuk agar terus bertumbuh. Semakin mengasah pikiran kita sejalan dengan Tuhan. Semakin berbeda dengan ‘barang mati’ di dunia ini.
Yang berbahaya adalah ketika kita sebenarnya sudah mati, tapi kita tidak sadar bahwa kita sudah kehilangan Tuhan, karena kita diselimuti dengan kegiatan” rohani. Kita tidak lagi jatuh cinta dengan Tuhan, tidak lagi bergairah dengan Tuhan.
Karena itu kepekaan kita akan ‘kesulitan’ kita (yaitu mundurnya gairah kita) sangat penting untuk membangkitkan lebih lagi gairah kita kepada Tuhan.
Bagaimana dengan perselisihan gereja?
Gereja yang benar adalah gereja yang menjadikan Firman dalam sejarah sebagai otoritas dan topangan terbesar. Kenapa?
Karena dari alfa sampai omega, yang bisa terjadi di dunia ini adalah hanya kehendak Allah. Karena itu segala yang Sudah terjadi yang bisa kita tau, pastilah kehendak dan rencana Allah yang benar.
Bagaimana dengan hambatan keluarga dari pelayanan?
Tunjukkan perbedaan. Perdebatan itu tidak ada maknanya, kesaksian hidup ada. Jangan mendikte, tapi tunjukkan apa yang diperbuat Tuhan dalam hidup kita.
Bisakah pendekatan lewat pikiran dulu?
Pusat dari segala kehidupan manusia adalah hati.
Tidak ada perubahan yang benar kalau tidak dimulai dengan hati. Hati inilah yang akan menghasilkan semangat yang membuka pikiran. Sebenarnya dari ilmu yang mendatangkan komitmen adalah berawal dari hati yang terbuka juga.
Bagaimana membedakan rutinitas rohani dan benar” keinginan?
Ketika kita tidak punya cinta, muncullah peraturan.
Tapi ketika ada cinta, peraturan itu merged ke dalamnya.
Ketika kita bersaat teduh memulai dengan sukacita, tapi berhenti dengan terpaksa. Kita berarti masih mencintai Tuhan. Tapi kalau kita memulai dengan terpaksa, dan berhenti dengan sukarela, kita tidak mencintai Tuhan lagi.
Bagaimana mengubah mindset?
Firman > hati kepada firman, basic heart commitment
Punya komunitas yang membuat kita semakin ingin mengenal Tuhan, semakin penasaran dan membuat kita ingin menggali lebih lagi.
Bagaimana memilih jurusan yang memuliakan Tuhan?
Di dalam tubuh kristus, kita sbg anggotanya mempunyai fungsi nya masing”. Tangan menjadi tangan, kaki menjadi kaki, dll.
Jurusan yang memuliakan Tuhan adalah ketika kita berjalan sesuai dengan kita sebagai anggota tubuh Tuhan. Mencari panggilan Tuhan kembali pada rangkaian pekerjaan Tuhan untuk menggenapi kerajaannya.
Apa Visi Tuhan bagi kita sebagai gereja nya. Saya ditempatkan di jaman ini untuk melakukan apa dalam bagian penggenapan kerajaan Allah.
Hal apa yang tidak boleh direlatifkan dan yg boleh?
Firman Tuhan tidak boleh direlatifkan, tapi bagaimana kita menjawab oanggilan Firman Tuhan boleh direlatifkan.
Kita adalah domba yang dihadirkan di antara serigala. Bagaimana kah kita menghadirkan ke’dombaan’ kita, Firman di dalam hidup kita, di hadapan serigala”, boleh direlatifkan dengan cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Comments